Sebanyak 20.234 peserta didik SMP dan MTs yang tidak lulus UN. Ada lima provinsi dengan kelulusan terendah yakni Kalimantan Barat 6,15%, Kepulauan Riau 3,32%, Bangka-Belitung 2,16%, Sumatera Barat 1,85%, serta Papua 1,8%.
Sedangkan di Jawa Tengah walau memiliki persentase ketidaklulusan yang rendah (0,95%), tetapi jumlah anak didik yang tidak lulus termasuk terbesar secara nasional yakni 4.823 siswa.
Hasil UN kali ini juga menunjukkan ada 12 sekolah dengan kelulusan 0% . Pemerinciannya sekolah di Kota Tujo Una Una, Sulawesi Tengah dengan siswa sebanyak sembilan orang, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat 10 siswa, Halmahera Timur, Maluku Utara sebanyak 16 siswa, Ketapang, Kalimantan Barat 8 siswa, Bojonegoro, Jawa Timur 9 siswa, dan Sumenep, Jawa Timur 6 siswa. Lalu Jawa Tengah adan di Kebumen 6 siswa, Kendal 6 siswa, dan Temanggung 21 siswa.
Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Baedhowi mengatakan, " Observasi lanjutan akan dilakukan untuk mengambil intervensi khusus terhadap sekolah-sekolah SMP/MTs yang mengalami ketidaklulusan tinggi tersebut, khususnya di Jawa Tengah."
Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdiknas Mansyur Ramli menyatakan, "Secara garis besar, sekolah yang memiliki kelulusan 0% adalah sekolah-sekolah dengan jumlah siswa yang relatif sedikit dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang memiliki kelulusan 100%. Sebagai langkah awal, Kemdiknas akan mengobservasi lebih lanjut kendala yang ada pada sekolah itu. Intervensi berupa merger sekolah tersebut dengan sekolah lain akan dilakukan apabila memang diperlukan."
Pada hasil UN SMP, kecenderungan yang ada tiap mata pelajaran memiliki rata-rata nilai yang tidak jauh berbeda. Rata-rata nilai Bahasa Indonesia 7,49, Bahasa Inggris 7,65, dan Matematika sebesar 7,50. Terhadap kecenderungan tersebut, Mansyur mengatakan, "Nantinya, pihak-pihak akademisi akan mengadakan penelaahan terhadap soal-soal UN. Pihak dari UGM akan didaulat untuk melihat UN dari sisi geografis soalnya. Apabila dianggap perlu akan dikurangi tingkat kesukaran soal."
Menurut dia, para peserta didik SMP/MTs secara umum masih memiliki kelemahan dalam memahami makna bacaan dengan cepat. Para guru perlu meningkatkan kemampuan speed reading para peserta didik. "Sehingga, siswa dapat menjawab pertanyaan walau terburu-buru oleh waktu. Hal ini mengingat pilihan jawaban UN memiliki tingkat kemiripan satu dengan yang lain," ujarnya. (grace)
sumber : http://www.kemdiknas.go.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar